Sebenarnya gigi anakku, Rhe yang tahun ini berusia 4 tahun itu bagus-bagus saja. Setelah lepas ngedot usia 3 tahun juga masih oke. Tapi mungkin karena aku yang salah, yaitu membiarkan Rhe sikat gigi sendiri, untuk melatih kemandiriannya.
Ternyata keputusanku itu memang salah besar, setelah beberapa bulan Rhe sikat gigi sendiri muncul karies kecil di gigi gerahamnya. Segera aku membawanya ke puskesmas terdekat agar bisa di tambal. Waktu itu usia Rhe masih 3,5 tahun. Dan jawaban puskesmas itu nggak apa-apa, asal sikat giginya bener, kariesnya nggak akan menyebar.
Mereka tidak bisa menambal anak batita kerena anak usia segitu belum bisa buka mulut terlalu lama, takutnya nanti pas dibor malah bahaya, bornya bisa kena gusi dan pipi bagian dalam. Belum lagi kalau anaknya takut dengan suara bor. Jadi dokter gigi di puskesmas menyarankan untuk rutin sikat gigi.
Akhirnya urusan sikat gigi itu aku ambil alih kembali, tapi semakin lama kariesnya semakin menyebar, yang awalnya yang bolong cuma satu gigi, sekarang jadi di usianya yang 4 tahun jadi 4 gigi gerahamnya bolong semua. Astaga!
Hingga kalau Rhe makan pasti ada makanan yang masuk ke lubang dan sebentar-sebentar minta aku mengambilkan makanan itu. Sangat mengganggu dan tidak nyaman.
Kemudian Rhe aku konsultasikan dengan dokter gigi di RSUD Wonogiri, alhamdulillah semua dokternya ramah dan friendly dengan anak kecil. Setelah dilihat, dokter menganjurkan harus ditambal karena gigi geraham itu tumbuhnya masih lama sekali, paling cepat usia 9 tahun hingga 12 tahun. Berbeda dengan gigi depan yang akan ganti ketika usia 6 tahun.
Padahal sekarang usia Rhe baru 4 tahun, masih lama sekali untuk ganti menjadi gigi permanen. Jadi sebelum semakin dalam lubangnya, dan sebelum sakit, memang harus ditambal.
Tapi dengan satu syarat, anak harus berani.
Baca juga: Pengalaman Membersamai Anak Ketika Terdiagnosa TB Paru
Sounding Rhe Agar Berani Tambal Gigi
Sampai di rumah aku terus membujuk Rhe agar mau ditambal giginya, "Dek ditambal ya giginya. Biar nggak berlubang lagi, kalau makan biar nggak nyelip lagi. Dan biar nggak sakit gigi kayak teman Rhe itu."
Jawabannya masih, "nggak mau, takut."
Besoknya aku sounding lagi, "Tambal gigi itu nggak sakit lho dek, paling ngilu dikit aja. Lebih sakit kalau sakit gigi. Kamu pernah kan ikut pas ibu tambal gigi, itu nggak sakit sama sekali lho. Malah sekarang enak, ibu kalau makan nggak ada yang nyelip."
Jawabannya, "nggak mau."
Besoknya aku ngomongin gigi lagi, kebetulan Rhe punya buku Ensiklopedia Tubuh Manusia, dan ada mulut dan gigi di dalam buku itu.
"Tau nggak kalau gigi berlubang itu banyak kumannya, itu pasti dalam mulut Rhe banyak sekali bakteri yang sedang makan gigi kamu, makannya berlubang. Yuk besok ke dokter gigi, biar dibersihkan sama Bu Dokter, terus ditambal biar kumannya nggak bisa masuk lagi."
Jawabnya, "nggak mau."
Besoknya aku nggak membicarakan gigi lagi. Istirahat dulu lah ngomongin giginya. Agak mulai putus asa juga. Dan aku juga maklum, orang dewasa saja banyak yang enggan, apalagi anak-anak.
Lalu tiba-tiba nggak ada angin, nggak ada hujan, ketika aku lagi masak, Rhe berjalan ke dapur kemudian bilang, "Ayo buk ke puskesmas minta rujukan buat tambal gigi"
Seketika aku langsung bersorak, "Beneran? Rhea berani?"
"Berani." Jawabnya mantap.
Setelah masak selesai kami langsung otw puskesmas untuk meminta rujukan. Tentu harus banyak berargumen dulu ya bun biar dikasih rujukan, haha
Dengan senjata sebelumnya sudah konsultasi di RSUD Wonogiri dan bagaimana anjuran dokter gigi di sana, akhirnya dapat juga surat rujukannya.
Tambal gigi geraham anak 4 tahun di RSUD dr Soediran Mangun Sumarso Wonogiri
Tanpa menunda lagi, besoknya setelah pulang sekolah, kami ke
RSUD Wonogiri untuk tambal gigi Rhe. Ketika antri di poli gigi rasanya aku deg-degan banget, padahal Rhe terlihat santai saja, hehe
Rhe malah senyum-senyum dan masuk ke dalam poli dengan riang gembira.
Ini pertama kali kunjungan, gigi Rhe diperiksa dan dibersihkan oleh dokter. Alhamdulillah Rhe sangat kooperatif, mengikuti dengan baik instruksi dokter. Suruh kumur, mangap, dia nurut aja, malah beberapa kali memainkan cahaya lampu dan dokternya pun sangat ramah.
Karena pakai BPJS, sekali kunjungan cuma boleh tambal satu gigi. Karena gigi Rhe ada 4 yang bolong, jadi harus bolak-balik empat kali. Kami ke sana setiap hari jumat, karena harinya pendek, sekolah Rhe pulang lebih pagi, dan di hari jumat juga nggak terlalu ramai. Jadi ngantrinya juga nggak terlalu lama.
Minggu depannya kami balik lagi, untuk menambal gigi satunya. Rasanya bangga banget sama Rhe, dengar suara bor saja dia tetap tenang. Padahal aku sendiri tiap mau tambal gigi pasti deg-degan minta ampun, apalagi baru dengar suara bornya saja juga sudah ngilu. Tapi Rhe keren banget! Anak pemberani!
Ini adalah hasil setelah 2 kali kunjungan. Sebelumnya gigi yang aku lingkari merah itu juga berlubang seperti gigi yang aku lingkari kuning. Tapi setelah ditambal lubangnya sudah hilang, jadi bagus lagi, dan tambalannya juga sewarna gigi. Nggak kelihatan kalau habis ditambal.
Masih ada 2 kali kunjungan lagi untuk menyelesaikan tambal gigi Rhe. Semoga saja tambalannya awet dan anaknya tetap nyaman dengan dokter gigi yang baik hati :)
Terima kasih banyak ya dok, aku lupa tanya namanya tapi dokternya masih muda dan cantik.
36 komentar untuk "Pengalaman Tambal Gigi Anak 4 Tahun"
Rhe hebat sekaliii..
Dan hasil tambalannya luar biasa loh.. Rapih dan terlihat kaya gigi asli yaa..
Semoga Rhe sehat selalu, enak makannya dan tumbuh cerdas.
Mau bikin jadwal ke dokter gigi tapi sekolahnya siang terus
Coba ah nanti saya cek dokter gigi yang bisa aman kalau malam
Abis ini nyaman deh ya Rhe, yeaayyyy.
Menghadapi anak yang sakit gigi emang harus extra sabar ya...
Semoga bisa lekas pulih setelah tambal gigi, dan lancar untuk penambalan yang berikutnya
Hebat Rhe bisa mengalahkan ketakutannya dan semoga sehat selaluuu..