Pengalaman Anak Opname di RSU Astrini Wonogiri

Akhirnya Rhe, anak perempuanku yang baru berusia 2 tahun 2 bulan, pulang dari RSU Astrini Wonogiri. Di sini aku ingin berbagi pengalaman selama Rhe dirawat di sana selama 3 malam.

Waktu itu aku udah kalang-kabut, Rhe nangis terus. Selama 4 hari juga panasnya naik turun. Setiap dikasih paracetamol pasti turun, tapi berselang 4-5 jam pasti panas lagi. Apalagi ditambah dengan kondisi mulut Rhe yang sariawan, jadi seharian itu dia nggak mau makan dan minum sama sekali. Jadinya bibirnya sampai kering banget, nangis terus pun air matanya cuma keluar sedikit. Nggak berleleran seperti biasanya. Nah, dari situ aku udah takut kalau Rhe dehidrasi. Apalagi matanya juga kayak celong gitu.

Periksa ke dr Suryanto Sp.A

Tanpa menunggu lama aku langsung telepon tempat praktek dr Suryanto Sp.A di Wonogiri. Alhamdulillah beliau ada di rumah, dan akan menunggu sampai pukul 20.30.

Buat kamu yang mmebutuhkan juga, ini nomor telpon dr Suryanto Wonogiri 0813-2578-7420, beliau praktik di rumahnya sendiri yaitu di  Jl. Jenderal Ahmad Yani Salak No.141, Kerdukepik, Giripurwo, Kec. Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah 57612.

Di situ aku udah heboh nyiapin baju segala macem, karena memang aku punya feeling yang sangat kuat jika Rhe akan dirawat inap.

Setelah sibuk sendiri dan akhirnya siap berangkat, aku lupa kalau belum mengisi bensin motor. Di dompet juga tinggal duit 5 ribu. Belum sempat ambil uang tunai. Di last minute, ponakanku belokin ke warung yang jualan bensin, akhirnya aku bilang kalau cuma punya uang goceng. Dan pas banget, ponakanku uangnya 7 ribu. Jadi semua dibelikan bensin. Alhamdulillah.

Di perjalanan pun aku harus mampir dulu ke ATM untuk mengambil uang cash. Posisi Rhe tidur, akhirnya kebangun karena aku turun.

Sampai di rumah dr. Suryanto, pas banget pukul 20.30. Kayaknya sudah ditungguin, karena begitu sampai ada mas-mas yang bukain gerbang tanpa aku ketok dulu.

Singkat cerita, kata dokter, Rhe harus rawat inap karena demam sudah lebih dari 3 hari. Jika demam nggak kunjung sembuh melebihi 3 hari, artinya ada sesuatu yang menginfeksi. Entah itu DBD atau tipes. Harus cek lab untuk memastikannya. Dan Rhe juga mulai dehidrasi, jadi butuh cairan infus agar nggak fatal akibatnya.

Dirujuk ke Rumah Sakit Umum Astrini

Sekitar pukul sembilan kurang, aku melanjutkan jalan ke RSU Astrini Wonogiri untuk proses rawat inap Rhe. karena dari dr. Suryanto tadi sudah dikasih surat pengantar, jadi aku langsung ke pendaftaran. Dari pendaftaran disuruh ke IGD agar anaknya diperiksa dulu.

Sekitar 1 tahun yang lalu, Rhe sudah pernah dirawat di Astrini. Jadi aku nggak perlu lagi kasih berkas lain seperti BPJS, atau Kartu Identitas Anak (KIA), karena mereka sudah punya datanya. Aku tinggal mengurus kamar, mau kamar yang mana.

BPJS Rhe kelas 3, dan dari pihak rumah sakit cuma memperbolehkan naik 1 kelas saja. Misal aku mau pilih kamar kelas 1 nggak akan bisa, nanti jatuhnya ke pasien umum yang membayar full. Jadi bisanya cuma naik ke kamar kelas 2, dengan syarat harus membayar selisih kamar antara kelas 3 dan kelas 2.

Kamar kelas 2 ini pasien mendapatkan fasilitas TV tabung, Kipas Angin, kamar mandi dalam, wastafel, tempat tidur, jemuran baju, dan bupet. Satu kamar terdiri dari 2 pasien. Dan selama pandemi, pasien nggak boleh dijenguk, yang menunggu maksimal 2 orang, dan nggak boleh bergantian.

Astrini Kamar Kelas 2
Rhe ditempatkan di kamar Bima nomor 5. Malam-malam tuh masuknya sekitar jam 22.00 lebih. Dan Rhe super rewel, dia nangis terus ngajak pulang, aku bujuk-bujuk, setelin video kartun, aku ajak jalan di sekitar lorong rumah sakit juga nggak diem. Setelah hampir jam 1, dia nangisnya makin kenceng, dan selalu bilang sakit sambil gerak-gerakin tangannya. Nangisnya sampai gemetar gitu.

Wah, ini sih pasti ada yang nggak beres di infusannya. Akhirnya aku bilang ke suster jaga, kemudian dicek. Dan bener dong, infusannya bengkak. Susternya memutuskan untuk lepas dulu aja, Rhe juga udah abis 1 kantong infus. Besok pagi akan di infus ulang.

Dan setelah dicopot, nggak pakai nanti-nanti, Rhe langsung tidur.

“Ya Allah, jadi kamu nangis dari tadi itu kesakitan karena infus ya, dek. Maaf ya, ibu nggak peka.” aku jadi merasa bersalah sekali karena nggak tahu anakku kesakitan, padahal hanya aku yang Rhe andalkan dan nemenin dia.

Rasanya lega ketika Rhe sudah terlelap, aku juga capek banget rasanya rempong banget ngurus ini itu sendirian. Keponakanku yang nemenin tadi juga masih remaja jadi beneran cuma anter aja, nggak ngerti dia mau bantuin apa.

Selain capek aku juga sakit, bukan di badan tapi di hati, nggak tega lihat anak sakit begini. Apalagi ayahnya nggak bisa nemenin, jadinya semua aku tanggung sendiri. Rasanya campur aduk, hingga aku hanya bisa menangis tanpa suara.

Setelah lelah nangis, aku memutuskan untuk ikut tidur Rhe biar besok bisa fit lagi. Tapi giliran aku mau ikutan tidur Rhe malah bangun lagi, nangis lagi, terus tidur lagi, 30 menit kemudian, nangis lagi, begitu terus sampai pagi. Jadinya nggak tidur sama sekali.

Nggak tau kenapa, Rhe itu setiap ditinggal ayahnya balik ke Jakarta buat kerja, selalu sakit. Udah 3 kali dia masuk rumah sakit, dan selalu di momen ayahnya balik ke Jakarta. Apa mungkin Rhe nggak mau jauh dari ayahnya ya?

Baca juga: Perjuangan Melahirkan Normal, Nggak Semenakutkan Kata Orang

Sekilas tentang RSU Astrini

RSU strini ini didirikan pada tahun 2007. Awalnya khusus rumah sakit rujukan anak. Tapi sekarang sudah berubah menjadi Rumah Sakit Umum. Jadi pasien dewasa juga bisa berobat dan dirawat di Astrini. Tapi, pas Rhe rawat inap kemarin itu, kalau aku amati, kebanyakan memang pasiennya bayi dan anak. Kalau kamu ingin tau info RSU Astrini lebih lengkap kamu bisa kunjungi webnya di sini.

Sehari 3-4 kali suster akan visit untuk tensi atau cek suhu pasien. Untuk cek suhu mereka sudah menggunakan termometer inframerah, jadi nggak begitu lama seperti termometer konvensional yang bikin anak nangis. Susternya sangat ramah dan helpful banget sih menurutku. Nggak ada yang judes, walau anak-anak suka nangis, mereka tetap sabar dan tersenyum.

Pernah pas malam pertama tadi, karena Rhe nangis terus, lalu dia minta makan, dan bodohnya aku nggak bawa makanan sama sekali. Biskuit atau apa pun aku nggak bawa. Jadinya aku tanya ke suster, “Sus, di bawah ada kantin nggak ya?”

“Wah, nggak ada Mbak. Jam segini semua orang yang jualan di bawah juga udah pada tutup.” waktu itu memang sudah mendekati tengah malam.

“Kenapa memangnya Mbak?” salah satu suster lain bertanya. Ketika itu ada 3 orang suster yang jaga.

Aku menjelaskan kalau Rhe sedang lapar dan pengen makan. Memang seharian Rhe nggak makan dan minum sampai hampir dehidrasi. Sariawan di mulut Rhe lumayan parah jadinya dia mogok makan dan minum.

Aku udah mau pergi, tapi suster yang bertanya ‘ada apa’ tadi panggil aku lagi, dan kasih roti bolu sponge keju ke Rhe. Alhamdulillah, pas dikasih Rhe berhenti nangis dan ketawa dong. And she said, “makacih”

Rhe udah semangat banget tuh gigit rotinya, tapi pas mau mengunyah, mulutnya sakit. Akhirnya nangis lagi, nggak jadi makan. Ya Allah, waktu itu aku sedih banget, anak mau makan, laper, tapi dia nggak bisa makan.
Ketika sudah dipasang infusnya, berkali-kali infusnya juga macet, dan para suster tuh selalu datang dengan wajah yang ramah. Aku yang sendirian mengurus Rhe jadi merasa terbantu dengan suster-suster di RSU Astrini. Terima kasih banyak ya, Sus.

Hari ke-2, kakaknya suamiku datang. Nemenin aku ngurus Rhe. walau Rhe nggak mau gantian digendong ketika dia nangis, at least ada temannya tuh beban sedikit berkurang. Malam berikutnya juga kakak iparku datang. Terima kasih ya, buat Mbak Uyat, Mas Oza, Mas Marsono, Mas Fajar, dan Bulek Sri. Kalian sangat membantu sekali.

Dan ini genap seminggu Rhe di rumah, sariawannya sudah sembuh, nafsu makan juga kembali normal. Semoga kedepannya selalu sehat ya, dek. Ibu sayang Rhea.

Posting Komentar untuk "Pengalaman Anak Opname di RSU Astrini Wonogiri"